Aksara Jawa Menjadi “Simbol” Huruf Nasional

Salam Guru

Huruf jawa adalah huruf yang dipakai orang jawa dalam mengembangkan kebudayaan dan peradaban jawa. Saling interaksi individu selain menggunakan lisan juga media tulis sebagai sarana komunikasi. Huruf jawa terdiri dari 20 suku kata.

Pengenalan huruf jawa hanya ada di Jawa tengah dan jawa timur. Sekolah dasar merupakan pelabuhan, dimana dia berangkat di situ pula dia akan berlabuh (Huruf jawa). Waktu yang sangat singkat dalam memahami atau pun mempelajari aksara dan bahasa jawa.

Di zaman sekarang adab kesopanan semakin menghilang, seakan termakan keadaan yang “meng-Global” sekarang ini. Anak kecil terbiasa “Seno” kepada orang tuabegitupun juga terhadap guru, berbanding terbalik dengan keadaan 10 th yang lalu. Siswa sekolah berbicara “krama inggil” dan berlaku sangat sopan dengan orang tua maupun guru. Sungguh keadaan yang sangat diidamkan-idamkan jika keadaan seperti itu bisa terulang pada zaman sekarang ini.

Bisa dibilang bekal ilmu bahasa jawa di SD serasa kurang “mumpuni” jika sembari tanpa pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa jawa secara teori didapat dalam dunia pendidikan, namun pembelajaran yang paling banyak terdapat disekitar lingkungannya, terutama lingkungan  tempat dia tinggal atau rumah. Jika keluarga sudah terbiasa dengan pembiasaan adab kesopanan lewat unggah-ungguh dalam berperilaku dan krama inggil dalam bertutur kata, maka aroma kehidupan yang beradab dapat kita rasakan. Tetapi sebaliknya, jika lingkungan keluarga terbiasa dengan tutur bahasa “seno” maka tak mengherankan jika dia bertutur “seno” didalam interaksi baik dengan teman ataupun gurunya.

Terkadang kata-kata jelek pun terlontar dari mulut mungil sang anak didik kita. Penyebabnya yaitu kurangnya sikap unggah-ungguh (kesopanan-red) didalam kehidupannya sehari-hari. Tanpa kita sadari pencerminan sikap orang tua dapat menjadikan “suri tauladan” bagi mental sang anak yang kemudian di tempa lagi didalam kehidupan sekolah, yakni Guru sebagai pengganti orang tua/sebagai “suri tauladan” bagi anak.

Keberhasilan dunia pendidikan didukung oleh kesolidan sikap dan pengajaran dari orang tua murid dan guru. Tanpa dukungan salah satunya akan terjadi kepincangan yang menyebabkan kegagalan dalam membentuk karakteristik sikap dan mental seorang anak.

Bahasa dalam hal ini berperan sangat penting dalam dunia pendidikan. Bukan hanya bahasa jawa, bahasa lokal lainnya pun sangat berpengaruh dimana bahasa daerah tersebut berasal, misalnya bahasa sunda dari jawa barat, bahasa batak dari daerah Sumatra barat, bahasa bugis dari Sulawesi, bahasa ambon dari Maluku dan masih banyak yang lain.

walaupun di negara kita diwajibkan untuk memberikan pelajaran dengan bahasa Indonesia yang notabenenya sebagai bahasa penghubung, akan tetapi kita tidak dilarang untuk memberikan sesekali  instruksi dengan menggunakan bahasa daerah masing-masing. Toh nantinya jika anak atau guru sudah tidak dalam lingkup pelajaran (luar sekolah-red), kebiasaan berinteraksi menggunakan bahasa daerah tidak mungkin terhindari.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional, tetapi bahasa daerah merupakan bahasa penunjang dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam symbol “Bhineka Tunggal Ika” sudah tercantum keberaneka ragaman budaya di Indonesia, dimana didalamnya juga terkandung keaneka ragaman bahasa didalam bangsa yang besar ini.

Kita sangat bersyukur atas keberagaman budaya yang ada di Indonesia ini, bukan hanya kekayaan budaya bahkan kekayaan alamnya pun melimpah. Kita hanya tinggal mencetak SDM yang berkompeten di berbagai bidang. Lalu, siapa yang bisa melaksanakannya? Tentu saja Guru yang bisa mencetak SDM yang memadai, bukannya pak bupati atau pak Gubernur ataupun bahkan Presiden pun tidak akan mampu melaksanakan. 

Dalam banyak literatur jawa menyebutkan banyak berbagai kisah, cerita dan sejarah yang ditulis dengan menggunakan huruf jawa. Sejarah masa lampau juga banyak dikisahkan dengan menggunakan bahasa dan aksara jawa. Aksara jawa menunjukan suatu pradaban tinggi yang pernah dimiliki bangsa ini.

Kedepan nantinya jika aksara jawa menjadi aksara nasional yang digunakan diseluruh negeri ini. Menjadikan peradaban yang dahulu pernah jaya diharapkan muncul kembali pada zaman sekarang ini.

Diawali dengan Institusi pemerintah, mulai dari kantor Pemerintahan Pusat sampai Pemerintahan Desa, juga dari perguruna tinggi sampai Sekolah Dasar bisa menggunakan aksara jawa unutk penulisan simbolnya. Misalnya :
Komisi Pemberantasan Korupsi

Aksara jawa bisa menjadi simbolis keberadaan Indonesia dikancah dunia. Seperti halnya China yang mempunyai aksara Pictogram, Arab yang mempunyai aksara Hija’iyah, Yunani mempunyai aksara Romawi, Indonesia? Apakah mempunyai aksara yang bisa dikenal negara lain? Padahal suatu peradaban ditunjukkan oleh kemampuan bangsa dalam berbahasa.


Bangsa Indonesia seharusnya bangga mempunyai aksara atau huruf asli dari negara kita. Karena bahasa dan aksara merupakan symbol peradaban suatu bangsa. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Aksara Jawa Menjadi “Simbol” Huruf Nasional"

Post a Comment